A. Upaya Merumuskan Aksioma Prinsip Dasar
Etika Islami dan Prakteknya
Pandangan Islam tentang manusia
dalam hubungannya dengan diri sendiri dan lingkungan sosialnya dapat
direpresentasikan dengan empat aksioma etika yang komprehensif untuk digunakan
sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan pernyataan ekonomi. Meskipun,
masing-masing aksioma dijabarkan secara beragam dalam sejarah manusia, tetapi
suatu konsensus yang luas telah berkembang tentang makna komulatifnya bagi
perspektif sosial ekonomi muslim. (Naqvi, 1993: 77-103). Prinsip-prinsip yang
mendasari etika Islam
1. Keesaan (unity)
Prinsip keesaan adalah bentuk dimensi vertikal sebagaimana terefleksikan
dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim,
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan agama serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
2. Keseimbangan (equilibrum)
Keseimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam
yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan
tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan keseimbangan yang
harmonis. (Beekun,2000:23). Prinsip keseimbangan mengantar manusia meyakini
bahwa segala sesuatu diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi.
3. Kebebasan (free will)
Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam
filsafat sosial tentang konsep manusia “bebas”. Hanya Tuhan yang bebas, namun
dalam batas-batas skema penciptaan-Nya, manusia juga secara relatif mempunyai
kebebasan. (Naqvi, 1993:99). Kebebasan manusia untuk menentukan sikap - baik
atau jahat – bersumber dari posisi manusia sebagai wakil (khalifah) Allah di
bumi dan posisinya sebagai makhluk yang dianugerahi kehendak bebas. Manusia
dianugerahi kebebasan untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah di muka
bumi. Pada batas-batas tertentu, manusia mempunyai kehendak bebas untuk
mengarahkan kehidupannya kepada tujuan pencapaian kesucian diri. Prinsip
kebebasan ini berlaku, baik bagi manusia secara individu maupun kolektif.
Prinsip kebebasan yang dimaksud adalah suatu keyakinan pada diri seorang
muslim, bahwasanya di samping memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih
jalan baik atau buruk yang ada dihadapannya, Allah juga memiliki kebebasan
mutlak. (Shihab,1997:111).
4. Tanggungjawab (responsibility)
Secara logis, prinsip tanggungjawab mempunyai hubungan dengan prinsip
kehendak bebas yang menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan
manusia dengan membuatnya bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
(Naqvi, 1993:86). Artinya suatu perbuatan akan terwujud bilamana perbuatan
tersebut merupakan produk pilihan sadar dalam situasi bebas, di mana
pertanggungjawaban bisa diberlakukan. Dengan demikian, semakin besar wilayah
kebebasan maka semakin besar pula pula pertanggungjawaban moralnya.
(Hidayat,1995:510).
B. Pendekatan Aksioma Dalam Prinsip Ilmu
Ekonomi Islam
Empat aksioma di
atas menyoroti sejumlah aspek penting dari filsafat etika Islam yang bertujuan
menghasilkan tatanan sosial ekonomis dan harmonis bagi manusia yang bebas,
bertanggungjawab, tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
tetapi juga kesejahteraan orang lain dalam masyarakat, dan menuntut tidak hanya
peningkatan kesejahteraan material, tetapi juga dalam kesejahteraan spiritual.
Keberadaan etika
dalam aspek ekonomi adalah sesuatu yang harus dikonstruk secara jelas supaya
keberadaan kedua hal tersebut tidak menjadi hal yang sifatnya dualistik -untuk
tidak mengatakan pisah sama sekali- dalam praktek maupun teori, ekonomi
konvensional merupakan jawaban atas dualisme diatas.